Komentar: Sinisme Netizen Soal Rokok Ilegal, Reaksi Spontan atau Upaya Membungkam Media Kritis?

Ilustrasi

KabarNewsLine -Pemberitaan mengenai peredaran rokok ilegal di Kepulauan Riau yang diangkat oleh Tinta Jurnalis News memicu beragam reaksi dari publik. Tak hanya sorotan terhadap aparat penegak hukum, kritik tajam juga diarahkan kepada media yang memberitakan isu ini.

Di salah satu unggahan YouTube Tinta Jurnalis News, seorang pengguna meninggalkan komentar bernada sinis, menyindir pemberitaan tentang rokok ilegal:

“Rokok ini yang katamu ilegal cukup membantu orang yang tidak mampu membeli rokok berpajak mahal. Jadi kau jangan terlalu sok idealis. Brantaslah narkoba dan judi online bersama aparat penegak hukum. Rokok ilegal ini tidak ada dosanya, cuma menghindari kepabeanan saja. Paham…!”

Komentar ini menunjukkan ketidakpuasan terhadap media, yang dianggap terlalu fokus pada isu rokok ilegal dibandingkan persoalan besar lain seperti narkoba atau judi online. Nada sinis dalam komentar tersebut juga mengesankan bahwa pemberitaan dianggap tidak berpihak kepada masyarakat kecil yang bergantung pada rokok murah tanpa cukai.

Namun, kritik semacam ini membuka pertanyaan besar: apakah ketidakpuasan tersebut murni suara masyarakat, atau ada kepentingan tertentu yang merasa terganggu dengan pemberitaan ini? Media seperti Tinta Jurnalis News memiliki tanggung jawab untuk mengangkat fakta, termasuk menyampaikan dampak negatif dari peredaran rokok ilegal, baik bagi negara maupun masyarakat.

Di sisi lain, komentar tersebut juga mencerminkan adanya sudut pandang berbeda dalam menilai peran rokok ilegal di tengah tekanan ekonomi. Meski melanggar hukum, sebagian masyarakat melihat rokok ilegal sebagai alternatif yang “membantu” mereka yang tidak mampu membeli produk resmi yang mahal.

Sebagai pilar demokrasi, media akan selalu berada di tengah pro dan kontra. Kritik yang muncul menjadi bahan refleksi bagi media untuk terus berimbang dalam pemberitaan, namun juga tak gentar dalam menyampaikan fakta yang perlu diketahui publik.

Lalu, apakah sinisme ini hanya reaksi spontan seorang netizen, atau bagian dari upaya membungkam suara media yang kritis?

Posting Komentar

0 Komentar